Teologi Cinta

Dalam sebuah Hadis Qudsi diberitakan bahwa suatu ketika Nabi Musa as bertanya kepada Allah SWT, seperti apakah cinta-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Allah tidak langsung menjawab, melainkan menyampaikan sebuah kisah terlebih dahulu.

Dahulu kala di sebuah desa, hidup seorang anak lelaki dengan ibunya yang sedang sakit. Sang ibu telah lama menderita sakit parah, yang bahkan tidak memungkinkannya untuk beranjak dari tempat tidur. Sang anak selalu mengurus, hingga setelah sekian waktu berlangsung ia pun merasa capek dan bosan. Akhirnya, ia memutuskan untuk membunuh sang ibu. Ia segera menyiapkan parang yang tajam. Namun, saat ia akan menebas, ibunya menoleh ke arahnya dan bertanya, “Apa yang akan kau lakukan anakku?” Menatap wajah ibunya, sang anak urung melakukannya.

Kemudian, ia berpikir untuk membunuh ibunya, tanpa harus melihatnya. Segera ia siapkan kuda, mengikat ibunya di belakang, dan menyeretnya ke atas bukit. Namun, tanpa diduga sang ibu masih hidup, dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan sang ibu di bukit. Ketika ia hendak menaiki kudanya untuk pulang, kakinya sempat terpeleset dan hampir jatuh. Sang ibu pun spontan berkata, “Hati-hati anakku.”

Musa pun bertanya, “Ya Allah, manusia seperti apakah sang ibu itu. Cintanya sedemikian besar kepada anaknya (meskipun telah diperlakukan seperti itu).”

Allah SWT menjawab, “Ketahuilah wahai Musa, cinta-Ku kepada hamba-Ku jauh melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya.”