Anak Butuh Ayah Bukan untuk Ditakuti

Sosok Ayah dibutuhkan oleh anak-anak di rumah, terutama bagi anak laki-laki yang perlu mendapatkan role model. Karenanya, Ayah dan Ibu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam pengasuhan.

Umumnya, anak-anak lebih dekat dengan Ibu karena sosok inilah yang selalu mendampinginya, apalagi jika Ayah bekerja dan Ibu adalah seorang ibu rumah tangga. Alhasil, anak-anak akan merasa lebih akrab dan membuatnya melakukan apa saja yang disukainya bersama sang Ibu. Anak-anak juga terkadang merasa lebih lepas mengungkapkan perasaannya. Ia bisa menangis, merengek, kepada ibunya dan kadang mengacuhkan atau tak mendengarkan anjuran sang ibu.

Pada kondisi inilah sosok Ayah juga dibutuhkan. Tentunya Ayah juga harus membangun kedekatan dan ikatan emosional dengan anak. Namun, sosok Ayah umumnya berbeda di mata anak. Ayah lebih disegani oleh anak. Jangan heran jika sekali saja Ayah memerintah, anak-anak cenderung mematuhinya.

Presenter dan bintang iklan, Donna Agnesia mengatakan anak-anak butuh sosok yang bisa diseganinya. Ketiga anak saya lebih merasa segan dengan bapaknya. "Bapak menjadi sosok tegas di rumah, yang sebenarnya memang dibutuhkan anak-anak," jelas Donna dalam acara talkshow di kegiatan Family's Day Out di Mal Ciputra Jakarta beberapa waktu lalu.

Meski sosok tegas yang disegani bisa didapatkan dari Ayah, sebaiknya para Ayah juga bisa mengimbanginya dengan memainkan peran sebagai Ayah yang peduli dan tak sungkan mengungkapkan kasih sayang. Dr Ariani Dewi Widodo, SpA dari Klinik Tumbuh Kembang dan RS Grha Kedoya mengingatkan, ketegasan sosok Ayah sebaiknya tak menjadi momok menakutkan bagi anak.

"Hati-hati agar sikap tegas ini tidak jadi momok menakutkan. Ayah juga harus menunjukkan kasih sayang kepada anak, tidak menyeramkan namun tetap tegas," jelasnya.

Dr Ariani melanjutkan, sebisa mungkin anak-anak tidak punya ketakutan terhadap berbagai hal. Termasuk dari perilaku orangtua saat mengasuh anak-anak. Pengasuhan yang keliru, baik ditunjukkan melalui perilaku kekerasan, verbal maupun fisik dapat menimbulkan ketakutan dan trauma pada anak. Trauma ini punya dampak besar terhadap kepribadian anak hingga dewasa kelak.

Sumber : griya