Dampak Negatif Iming-iming untuk Si Kecil

Dengan memberikan iming-iming, harapan dan permintaan positif dari orangtua dapat terwujud. Orangtua senang, anak pun senang. Meski begitu, penerapan iming-iming haruslah tepat. Bila tidak, bukannya manfaat yang didapat, melainkan dampak negatif yang diterima, di antaranya:

1. Dapat mendorong sikap konsumtif.
Orangtua umumnya menawarkan iming-iming dalam bentuk materi. Seperti, permen, es krim, mainan, kue, dan aksesori. Materi yang ditawarkan biasanya sesuatu yang sangat disukai sang buah hati, sehingga dikhawatirkan dapat menumbuhkan sikap konsumtifnya.

Anak dengan mudah dapat memperoleh sesuatu yang disukainya hanya dengan memenuhi permintaan (misal, ibunya). Suatu saat, iming-iming bisa menjadi senjata makan tuang. Anak akan mendikte orangtua agar mau membelikan sesuatu yang diinginkan. Misal, "Aku mau mengerjakan PR sekarang, asal ibu mau membelikan balon warna merah."

2. Menjadikan anak tidak disiplin.
Orangtua yang selalu menawarkan iming-iming, bisa jadi malah membuat anak menjadi tidak disiplin, Anak hanya mau melakukan sesuatu bila mendapat imbalan dari orangtuanya. Ketika tidak mendapatkan imbalan, anak tidak melakukan seperti yang diharapkan orangtuanya.

3. Mendorong anak untuk bersiasat.
Ketika orangtua terlalu sering menawarkan iming-iming, anak dapat memanfaatkan kesempatan tersebut. Ingat, anak usia prasekolah terutama sekitar usia 4-5, mereka mulai memahami hubungan sebab akibat.

Anak akan memelajari jika ia menginginkan sesuatu, maka ia harus berbuat sesuatu, hanya dengan berperilaku baik. Misal, "Mama, aku besok mandinya lebih awal biar tidak terlambat. Asal Mama mau membelikan es krim terbaru seperti yang ada di TV."

Agar efektif
Agar iming-iming kepada si prasekolah tepat, orangtua harus peka dalam penerapannya. Alangkah baik jika iming-iming tidak diberikan hanya untuk memenuhi keinginan orangtua dalam jangka pendek.

Saat tepat menawarkan iming-iming adalah pada aktivitas yang bersifat insidentil, misal saat anak akan diberi obat pembersih luka ketika terjatuh. Anak prasekolah umumnya takut dan khawatir pada hal-hal yang baru ditemui atau dialami. Pada kondisi ini, orangtua diperkenankan memberikan iming-iming agar anak mau dibersihkan lukanya. Namun, sebaiknya tetap harus diberikan penjelasan, setiap kali terluka ia harus segera membersihkan agar tak semakin parah. Harapan selanjutnya, setelah mengalami pengalaman tersebut, anak tidak perlu merasa takut ketika akan dibersihkan lukanya.

Jika sudah terlanjur menerapkan iming-iming untuk mendisiplinkan anak, alangkah baiknya ubah caranya secara perlahan. Alih-alih memberikan iming-iming berupa materi, ganti dengan memberikan tabel bintang prestasi. Anak diminta mengumpulkan bintang. Selanjutnya bila sudah terkumpul dalam jumlah tertentu, ia berhak mendapatkan imbalan berupa hadiah. Bintang ini dapat ditempel di kertas atau digambar. Iming-iming seperti ini memacu anak untuk berdisiplin.

Sumber : tabloid nakita